Social Icons

Pages

Kamis, 22 Oktober 2015

Rindunya Masih Sama, Hanya Tak Tahu Bentuknya.

Tak sengaja pagi ini saya scroll down timeline facebook dan menemui fanpage yang bercerita tentang kerelaan chants mereka dinyanyikan salah satu tim besar di Bumi Pertiwi. Seperti sebuah oase dipanasnya persaingan ke-AKU-an hak cipta chants sepakbola suporter Indonesia.

Final Piala Presiden lalu yang mana Persib Bandung bertemu Sriwijaya FC di stadion kebanggan negara, Gelora Bung Karno. Sayup namun merasuk, sebuah chants yang identik dengan sebuah tim pingiran DIY membangkitkan memoar saya, membangkitkan rindu yang entah untuk apa, rindu yang tak tahu saya tujukan kepada siapa, karena “sementara” tim itu hanya tinggal nama.

Seorang filsuf abal-abal dan teman masa sekolah saya pernah berkata, “cinta itu bisa kita tentukan pada siapa saja, namun rindu itu terkadang jahat, ia bisa seenaknya mengarahkan manusia kepada siapa tanpa permisi sebelumnya”.

Dengan kalimat tersebut seharusnya pupus juga permasalahan tentang ; kamu orang mana kok suka sama tim ini-itu ? Karena diakui atau tidaknya, tak sedikit orang Jakarta yang menyebrangkan jangkar cintanya ke Bandung, Solo ke Sleman, pun Sleman ke Bantul.

Hanya saja semakin habisnya masa waktu tahun 2015, kompetisi sehat yang diniatkan segera bergulir tak kunjung ditiupkan nyawa oleh Sang Khalik, imbasnya adalah turnamen-turnamen sementara yang kemungkinan pesertanya hanya tim itu-itu saja, sementara jumlah tim yang ada di Indonesia ini tak hanya sekelumit itu saja. Sumber daya sepakbola Indonesia tak hanya mereka saja, kebanggaan mereka bukan hanya yang berlaga dilayar kaca.

Akan ada banyak rindu yang tak tahu menahu akan ditumpahkan dimana.

Beberapa dari kalian barangkali beruntung memiliki cinta di tim bernama besar, ber-koneksi luas, dan investor mapan yang tanpa lobi pun timnya bisa nampang dipapan skor televisi.

Namun tim kecil yang megap-megap dan tak-tahu-menahu-manajemennya-siapa seperti PSS Sleman bisa apa ?
Kami memang memiliki 2 basis suporter besar, loyal pada klub, namun tak jarang memang kami dibohongi mentah-mentah manajemen.

Ah, tapi barangkali itu belum cukup menarik perhatian kalian... terlebih kasus kami tak kunjung kalian bongkar duduk perkaranya.
Apalah kami, tim kecil yang fansnya hanya memiliki banyak keluh tentang rindu.

Sekedar info, turnamen berikutnya yang direncanakan bergulir adalah Habibie Cup, dan janganlah berharap tim medioker akan diundang masuk, jangan harap pula pemain yang dulu dipuja ketika mengenakan jersey tim yang segelintir dari kalian cintai akan kembali berjibaku, setidaknya dalam jangka waktu dekat ini.

Kebanyakan dari mereka sedang menyambung hidup dengan berjualan nasi, dan tak sedikit pula yang lanjut bertani.
Karena sepakbola dalam negeri masih dalam tahap ngeri.
Hanya untuk mereka, tim yang punya materi.

Sementara rutuki saja rindu kalian dengan ingatan manis berpeluh bersama, disatu tempat sakral bernama Stadion.
Bernyanyi lantang penuh semangat hingga serak diujung senja...


“kuyakin kau bisa, kuyakin kau bisa menang

kami selalu ada disini, disini kami ada untukmu....”

Kamis, 18 Juni 2015

#MainBareng Pandji P.


13 Juni 2015

sebenernya ngga ada yang spesial dihari itu kalo ngga ada DM Twitter yang masuk jam 17.35 sehari sebelumnya.

Ya, sehari sebelumnya @pandji yang itu lho sering ditipi, ngelawak sambil berdiri, dan di timeline kadang posting hal-hal absurd bikin sayembara siapa yang mau ikut #MainBareng disalah satu lapangan yang "faighk" kata si Awwe.

Iseng-iseng berhadiahlah karena sebelumnya aku pikir udah ketutup chance buat ikutan main bola bareng, tapi ternyata Tuhan punya pikiran lain.

-------


Sambil menyelam minum es sirup rasa leci bareng Wayne Rooney, sambil cari keringat bareng idola kenapa gg sekalian aku bawa buku Nasional.is.me karyanya, siapa tau nanti ada waktu buat minta tanda tangan sama foto bareng.
Iya, aku katro...

Siapa sangka main bola bareng Pandji isinya cuma seneng ? biarpun kalah toh aku ketawa-ketiwi sepanjang 90menit

Beberapa kali duel, dan siapa sangka dengan badan yang sudah seukuran Gascoigne, Pandji bisa bikin gol, pake bola chip lagi...absurd abis, Tuhan tidak adil.

Yah, setidaknya nanti kalo udah punya anak aku bisa ngasih pamer, "nak, Bapak pernah foto bareng Pandjistelrooy lho"

Anyway, selamat ulang tahun bang Pandji Pragiwaksono, stay young, stay gold. Godspeed !
Main ke Jogja lagi, main bareng lagi bang... :)


*tulisan ini sebenernya udah lama ada dipikiran, tapi berhubung ada mainan #BalasDi18 dan ada gift aduhainya, siapa yang ga mau coba ?
siapa tau Tuhan punya kehendak lain hahaha

Senin, 13 April 2015

So, Manchester Is Absolutely Fuckin Red !


Minggu malam, tepat 12 April 2015 semua mata nyaris tertuju pada satu tempat. 
Old Trafford.

Manchester United menghadapi “tetangga berisik” Manchester City. Performa pasukan Van Gaal yang terus menanjak menjadi modal utama pasukan Setan Merah guna menghadapi pasukan mewah Manuelle Pellegrini.

Namun, kejutan sudah terjadi pada menit ke-8 usai Kun Aguero memanfaatkan umpan mendatar hasil penetrasi David Silva, praktis mimpi buruk dibantai 6-1 membayangi jutaan pendukung Manchester United. Kesalahan koordinasi antara Carrick dan Juan Mata menutup pergerakan David Silva membuat Aguero dengan mudah memanfaatkan lubang didepan mulut gawang United.

Diluar dugaan United mampu merespon dengan baik ketertinggalan dimenit awal, Fellaini yang diplot bertatap muka dengan Yaya Toure terlihat begitu dominan pasca gol Aguero diawal pertandingan, berulang kali duel udara dan perebutan bola dimenangkan oleh pemain berkebangsaan Belgia tersebut. 

Hasilnya, Ashley Young mampu menyamakan kedudukan dimenit ’14 usai memanfaatkan scream-age dikotak penalti City. Bola liar sepakan De Gea mengarah lurus kearea sisi kanan City yang dijaga Pablo Zabaleta, nahas duel tak sebanding dengan Fellaini dan Herrera membuat Zabaleta kehilangan timing duel, Herrera yang berdiri bebas sukses mengirim umpan pada Ashley Young yang muncul dan lepas dari cover Gael Clichy. Gol Young boleh dibilang beruntung karena sebelumnya nyaris kehilangan keseimbangan usai tackle Clichy, gol yang diakui atau tidak identik dengan determinasi CR7. Mungkin sudah waktunya Young menyandang julukan baru. Youngnaldo barangkali ?

Permainan anak asuh Van Gaal terus berkembang setelah gol balasan, terlihat dominannya duet Carrick dan Herrera sebagai poros permainan sekaligus penyumbat pasokan bola City yang bertumpu pada Toure dan Fernandinho. Namun sayangnya Toure lebih sering sibuk dengan Fellaini yang nampaknya memang diinstruksikan LvG menutup pergerakan Toure dilini tengah, tak jarang Toure terpaksa jauh turun ke sepertiga lapangan hanya untuk menghalangi Fellaini tak terlalu mudah mendapatkan bola.

Tak lama setelah gol penyeimbang, United berbalik unggul lewat sundulan Fellaini yang memanfaatkan umpan terukur Young disisi kanan pertahanan City, koordinasi yang baik antara Daley Blind dan Young jelas terlihat membuat Navas dan Zabaleta kesulitan membaca situasi.

Keunggulan 2-1 United bertahan hingga turun minum.

Statistik kedua tim di 45 menit babak I:
Shots : 3-7
Possession : 54%-46%
Chances Created : 2-6
Pass accuracy : 78%-69%

Usai peluit tanda babak kedua dimulai, City langsung tancap gas menaikan tempo serangan, fokus serangan lebih banyak dilakukan lewat Jesus Navas, berulang kali Navas mencoba melakukan penetrasi ke gawang United, namun penampilan apik Chris Smalling dan Phil “The Face” Jones mampu menggagalkan skema serangan City meski terkadang membuat fans United gugup dan menelan pil jantung.

Keasikan menyerang justru United yang kembali mendulang gol, quick-counter-attack kombinasi Blind – Rooney – Juan Mata membuat Hart kembali memunggut bola untuk ketiga kalinya dalam durasi satu jam. Memanfaatkan umpan Rooney, Mata yang sebetulnya off-side lepas dari penjagaan hakim garis dan Demichelis melakukan sprint dan mengakhirinya dengan tembakan cantik yang mengecoh Joe Hart.

Praktis setelah gol Juan Mata, permainan City deadlock dan seolah melempar handuk di Derby Manchester edisi 2014/2015 ini.

Sayangnya mimpi buruk Joe Hart belum selesai disitu, pada menit ke ’73 Ashley Young kembali membuktikan diri sebagai kreator umpan handal, memanfaatkan freekick disisi kanan pertahanan City, Young mengirim umpan yang mampu diselesaikan dengan baik oleh Chris Smalling. Anti-klimaks.

Pergantian Pellegrini tak banyak membuat perubahan dan terkesan hanya penyegaran, masuknya Lampard, Nasri, dan Mangala tak mampu berbuat banyak, meski dimenit akhir Aguero kembali mengoyak gawang De Gea.





Carrick Effect.

Diakui atau tidak, kemenangan United atas City sangat dipengaruhi oleh gelandang gaek ini, total passing sukses yang ia luncurkan nyaris mencapai presentase 92%, tackle sukses 100% dan 4 kali intercept.

Kedisiplinan dan ketenangan Carrick adalah kunci bagaimana United mampu menguasai secondline meski City juga menumpuk 5 gelandang dilini tengahnya, diplot sebagai filter four-end didepan lini pertahanan yang diwajibkan menyumbat alur serangan City dapat ia terapkan dengan baik, tak jarang ia turun hingga kedalam untuk terlibat dalam perebutan bola.

Duetnya dengan Herrera yang sedang on-fire juga sedikit banyak mengurangi tugasnya karena poros lini tengah City terlanjur dibuat frustasi oleh Fellaini dan Herrera.
Gol kedua City tercipta pasca Carrick menarik diri dari lapangan, ada sedikit masalah pada kakinya yang mengakibatkan adanya lubang di lini tengah yang mampu dieksploitasi Nasri dan Lampard.


Namun seperti biasa, siapa yang akan menaruh perhatian lebih pada deep-lying midfielder jika winger atau striker melakukan tugas dengan semestinya ?


Senin, 16 Februari 2015

Susur Pantai...

setelah sekian lama vakum dari dunia tulis menulis tentang perjalanan ke lajur sepi, akhirnya aku mengulangi lagi hal-hal absurd dalam satu potong bab hidupku.

Jika ingat dahulu, bagaimana aku bekerja untuk sebuah instansi pemerintah dibidang katebelece pasar daerah selama 15 jam perhari, aku menemukan kembali sisi mudaku (kanak-kanakku), berkenalan dengan orang-orang baru, menemukan kembali perasaan ingin tahuku tentang beberapa tempat yang sebelumnya tak pernah terpikir olehku akan singgah disana.

Dulu, ketika aku berencana mendaki beberapa gunung dikawasan pulau Jawa, aku nyaris harus bekerja lebih lama, tak jarang aku harus mengganti hari kerja yang aku tinggalkan selama aku berpergian, jika pergi 2 hari 2 malam, artinya jam yang harus aku ganti adalah 15x3 = 45 jam kerja. Yap 45 jam dalam 3 hari. Tak usah kau tanya kerja apa aku dulu, yang pasti pedih.

Usai aku mendapat pekerjaan baru yang lebih manusiawi. Aku bertemu dengan orang-orang supel ini, supel ya...bukan super, mereka jauh dari kata super, wong mereka aja cenderung golongan manusia yang kepalanya pernah terbentur gulungan setom.

Sempat beberapa waktu aku berselisih paham dengan orang-orang ini karena...ya biasalah, wanita *uhuuukk...

Singkat cerita.

Lepas beberapa waktu lalu berencana ke Sikunir, Wonosobo lalu gagal. Kami secara spontan berpikiran untuk bermalam disalah satu pantai yang sudah cukup dikenal orang. Siung.

31 Januari adalah tanggal yang disepakati kami, waktu masih sebatas wacana, personil yang setuju untuk ikut mencapai 15an orang, tapi di hari H...6 orang ! tipikal Indonesia.

Sore ditanggal 31 Januari hujan lebat dan biji hujan sebesar kepala semut dewasa turun merata dikawasan Jogjakarta, membuat beberapa orang dari kami akhirnya berserah pada kasur dan guling dirumahnya masing-masing, tinggal Aku, Zudha, Angga, Yudhi, Feri, dan bocah tua nakal sebut saja Antok...

Perlengkapan kami sudah sangat lengkap. Tenda, kompor, matras, hingga celana dalam ganti sudah dipersiapkan.

Tuhan Maha Adil, kami berangkat dari Jogjakarta menuju Wonosari dengan sedikit gerimis diawal perjalanan, tak sampai 2 jam kami sudah sampai di Siung dan disambut bulan yang merekah sempurna, iya sempurna...
sesempurna kamu dik...

Sama sekali tak ada tanda tanda hujan, bintang memantulkan sisa dari cahaya matahari, dan api unggun sederhana malam itu membuat kami sejenk lupa dengan kabut tebal dipenghujung perjalanan kami menuju Siung.

Kami tertawa lepas, meski sempat berfikiran akan lebih menyenangkan bila teman-teman kami yang lain juga ikut bermalam disana, kami bermain kartu, menertawakan hal yang sebenarnya tabu, dan bercerita aib si anu dan si itu dengan khidmat hingga fajar nyaris menjelang.





 Lepas membereskan sisa kekacauan kami semalam, kami mulai merealisasikan apa yang kami rencanakan dikantor, menyusuri setidaknya 3 pantai.
Siung khatam kami nikmati, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju pantai Nglambor.

Pantai Nglambor.

Adalah tipikal pantai bertebing curam namun nyaris tak berarus pada pantainya sehingga kami bisa melihat suasana bawah air yang menakjubkan, snorkeling dan sesekali bergaya seperti ABG yang baru sehari dua hari memegang tongsis, foto sana foto sini dan berpose layaknya pemeran Bay Watch versi bangkring.

Dipantai ini beberapa teman kami yang memang sudah termakan usia sudah nampak tanda tanda rindu pada nasi, mukanya pahit, seperti halnya jus pace. Sebut saja dua orang itu Yudhi dan Antok.

Air dipantai Nglambor belum terlalu banyak dicemari sampah, karena belum lama juga kondangnya, waktu aku kesana bahkan aku bisa melihat 2 ikan kecil yang baru “ikeh-ikeh” diantara batu karang, syahdu sekali – yang ini bercanda .red










Pantai Jogan.

Sebenarnya bukan termasuk dalam kelompok pantai, karena pantai setahuku adalah hamparan pasir yang membentang dan dicumbu air laut tsaaah~, tapi Jogan berbeda, ia hanya tebing batas yang memiliki air terjun hasil buangan dari sungai diatasnya.
Beberapa orang menyebutnya air terjun pengantin, tapi sayang Dewi Persik ngga ada disana waktu itu.


Katanya sih, orang yang mandi disana kalo jomblo bakalan cepet dapet pacar, makanya Angga dan Feri semangat banget waktu mandi disana.
Namun hingga saat ini sepertinya keduanya masih betah berpacar kesendirian. Jadi bisa dipastikan itu hanya mitos, Konspirasi Yahudi...










"TAMAT"
 
Blogger Templates