Minggu malam, tepat 12 April 2015 semua mata nyaris tertuju pada
satu tempat.
Old Trafford.
Manchester United menghadapi “tetangga berisik” Manchester
City. Performa pasukan Van Gaal yang terus menanjak menjadi modal
utama pasukan Setan Merah guna menghadapi pasukan mewah Manuelle Pellegrini.
Namun, kejutan sudah terjadi pada menit ke-8 usai Kun Aguero
memanfaatkan umpan mendatar hasil penetrasi David Silva, praktis mimpi buruk dibantai 6-1
membayangi jutaan pendukung Manchester United. Kesalahan koordinasi antara Carrick dan Juan
Mata menutup pergerakan David Silva membuat Aguero dengan mudah memanfaatkan lubang
didepan mulut gawang United.
Diluar dugaan United mampu merespon dengan baik
ketertinggalan dimenit awal, Fellaini yang diplot bertatap muka dengan Yaya
Toure terlihat begitu dominan pasca gol Aguero diawal pertandingan, berulang
kali duel udara dan perebutan bola dimenangkan oleh pemain berkebangsaan Belgia
tersebut.
Hasilnya, Ashley Young mampu menyamakan kedudukan dimenit ’14 usai
memanfaatkan scream-age dikotak penalti City. Bola liar sepakan De Gea mengarah lurus kearea sisi kanan
City yang dijaga Pablo Zabaleta, nahas duel tak sebanding dengan Fellaini dan Herrera
membuat Zabaleta kehilangan timing duel, Herrera yang berdiri bebas sukses
mengirim umpan pada Ashley Young yang muncul dan lepas dari cover Gael Clichy. Gol
Young boleh dibilang beruntung karena sebelumnya nyaris kehilangan keseimbangan
usai tackle Clichy, gol yang diakui atau tidak identik dengan determinasi CR7. Mungkin
sudah waktunya Young menyandang julukan baru. Youngnaldo barangkali ?
Permainan anak asuh Van Gaal terus berkembang setelah gol
balasan, terlihat dominannya duet Carrick dan Herrera sebagai poros permainan
sekaligus penyumbat pasokan bola City yang bertumpu pada Toure dan Fernandinho.
Namun sayangnya Toure lebih sering sibuk dengan Fellaini yang nampaknya memang diinstruksikan LvG menutup pergerakan Toure dilini tengah, tak jarang Toure
terpaksa jauh turun ke sepertiga lapangan hanya untuk menghalangi Fellaini tak
terlalu mudah mendapatkan bola.
Tak lama setelah gol penyeimbang, United berbalik unggul
lewat sundulan Fellaini yang memanfaatkan umpan terukur Young disisi kanan
pertahanan City, koordinasi yang baik antara Daley Blind dan Young jelas
terlihat membuat Navas dan Zabaleta kesulitan membaca situasi.
Keunggulan 2-1 United bertahan hingga turun minum.
Statistik kedua tim di 45 menit babak I:
Shots : 3-7
Possession : 54%-46%
Chances Created : 2-6
Pass accuracy : 78%-69%
Usai peluit tanda babak kedua dimulai, City langsung tancap
gas menaikan tempo serangan, fokus serangan lebih banyak dilakukan lewat Jesus
Navas, berulang kali Navas mencoba melakukan penetrasi ke gawang United, namun
penampilan apik Chris Smalling dan Phil “The Face” Jones mampu menggagalkan
skema serangan City meski terkadang membuat fans United gugup dan menelan pil
jantung.
Keasikan menyerang justru United yang kembali mendulang gol,
quick-counter-attack kombinasi Blind – Rooney – Juan Mata membuat Hart kembali
memunggut bola untuk ketiga kalinya dalam durasi satu jam. Memanfaatkan umpan
Rooney, Mata yang sebetulnya off-side lepas dari penjagaan hakim garis dan
Demichelis melakukan sprint dan mengakhirinya dengan tembakan cantik yang
mengecoh Joe Hart.
Praktis setelah gol Juan Mata, permainan City deadlock dan
seolah melempar handuk di Derby Manchester edisi 2014/2015 ini.
Sayangnya mimpi buruk Joe Hart belum selesai disitu, pada
menit ke ’73 Ashley Young kembali membuktikan diri sebagai kreator umpan
handal, memanfaatkan freekick disisi kanan pertahanan City, Young mengirim
umpan yang mampu diselesaikan dengan baik oleh Chris Smalling. Anti-klimaks.
Pergantian Pellegrini tak banyak membuat perubahan dan
terkesan hanya penyegaran, masuknya Lampard, Nasri, dan Mangala tak mampu
berbuat banyak, meski dimenit akhir Aguero kembali mengoyak gawang De Gea.
Carrick Effect.
Diakui atau tidak, kemenangan United atas City sangat
dipengaruhi oleh gelandang gaek ini, total passing sukses yang ia luncurkan
nyaris mencapai presentase 92%, tackle sukses 100% dan 4 kali intercept.
Kedisiplinan dan ketenangan Carrick adalah kunci bagaimana
United mampu menguasai secondline meski City juga menumpuk 5 gelandang dilini
tengahnya, diplot sebagai filter four-end didepan lini pertahanan yang
diwajibkan menyumbat alur serangan City dapat ia terapkan dengan baik, tak jarang
ia turun hingga kedalam untuk terlibat dalam perebutan bola.
Duetnya dengan Herrera yang sedang on-fire juga sedikit
banyak mengurangi tugasnya karena poros lini tengah City terlanjur dibuat
frustasi oleh Fellaini dan Herrera.
Gol kedua City tercipta pasca Carrick menarik diri dari
lapangan, ada sedikit masalah pada kakinya yang mengakibatkan adanya lubang di
lini tengah yang mampu dieksploitasi Nasri dan Lampard.
Namun seperti biasa, siapa yang akan menaruh perhatian lebih
pada deep-lying midfielder jika winger atau striker melakukan tugas dengan
semestinya ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar