Social Icons

Pages

Featured Posts

Jumat, 30 Oktober 2020

Inklusi Keuangan, Kepingan Puzzle Menuju Kesejahteraan

ilustrasi Jono
 
Jono adalah seorang pemuda tanggung yang berasal dari Wonolagi, sebuah dusun yang jauh dari pusat kota Wonosari, Yogyakarta. Jauh dari hingar-bingar dan gemerlapnya terang lampu.

Memasuki usia 20 tahun, Jono memutuskan untuk menikah dan merantau ke Ibukota, berbekal do’a orang tua, ijazah sekolah dasar, dan skill “laden tukang” yang ia pelajari turun temurun dari bapak dan tetangganya, ia berkeinginan memperbaiki nasib disana.

Mimpinya sederhana, ia akan bekerja tekun hingga memiliki uang cukup untuk menghidupi istrinya, syukur-syukur bisa mengirimi orang tua dikampungnya kelak. Apakah pilihan Jono tepat ?

Jono adalah lakon banyak pemuda tanggung Indonesia, nekat, berani mengambil resiko, dan penuh bahan bakar mimpi, tanpa banyak prediksi apa yang akan ia hadapi nanti.

Menapaki bulan pertama di Ibukota Jono tak kunjung mendapat pekerjaan, terlebih ia datang di waktu yang tidak tepat, babak belur ia dihajar kondisi dan pandemi, ia memilih pulang dan kembali merajut harap di tanah sendiri.

Selang beberapa bulan setelah pulang, Jono bertemu dengan pemuda yang bertanya alamat dan memperkenalkan  diri bernama Ramandha, seorang staff lapangan sebuah perusahaan start-up fintech yang bergerak dibidang peer-to-peer lending dan berencana melakukan sosialisasi di kampungnya, tergopoh-gopoh Jono menangkap setiap kalimat yang dijelaskan staff tersebut, sebagian yang bisa dia tangkap adalah kata “investasi syariah, investor, lembaga keuangan, pinjaman modal, dan mengembangkan usaha”, dari beberapa kalimat tersebut hanya dua terakhir yang mampu ia cerna, sisanya menguap bersama teriknya matahari siang itu.

.

Dewasa ini memang telah banyak lembaga baik dari pemerintah maupun swasta yang melakukan penetrasi hingga ke pelosok untuk menyuarakan perihal inklusi keuangan maupun literasi keuangan.

Apa sih itu inklusi keuangan ?

Inklusi keuangan adalah sebuah kondisi dimana setiap anggota masyarakat mempunyai akses terhadap berbagai layanan keuangan formal yang berkualitas, tepat waktu, lancar, dan aman dengan biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Di Indonesia, kelompok masyarakat yang diprioritaskan untuk mendapat akses keuangan antara lain masyarakat berpenghasilan rendah (dalam hal ini MBR atau keluarga prasejahtera), pelaku UMKM, pekerja migran, wanita, disabilitas, anak terlantar, lansia, penduduk daerah tertinggal, serta pelajar dan pemuda. (wikipedia)

Sederhananya inklusi keuangan adalah permudahan akses keuangan bagi masyarakat lapisan terbawah yang belum atau tidak tersentuh bank (unbanked) sehingga diharapkan memiliki daya untuk membeli barang atau jasa secara efektif dan berkesinambungan.

.


Sekarang kita kembali ke kondisi Jono, Jono belum memiliki asset berharga yang mampu menjadi nilai tawarnya untuk mendapat kucuran dana guna memulai rencana usaha. Di dompetnya hanya terselip selembar kartu tanda penduduk yang belum lama ia dapatkan, plastik laminatingnya pun masih hangat, dikantong dompet sebelahnya ada sisa pas foto dia dan istrinya sewaktu mengurus surat surat matrimoni dulu. Cukupkah ?

Disitulah salah satu fungsi positif inklusi keuangan,kemudahan akses yang dapat dipertanggung jawabkan. Dampak langsung bagi masyarakat adalah aksesiblitas terhadap produk layanan keuangan, yang nantinya diharapkan mampu mempersempit kesenjangan ekonomi dan sosial dimasyarakat.

Dengan inklusi keuangan,kita dapat merangsang pertumbuhan dari desa, memperbaiki daya beli masyarakat, dan meningkatkan pendapatan perkapita daerah !

“jika pendapatan meningkat, kesejahteraan masyarakat desa dipastikan meningkat juga bapak - ibu !” –seru Ramandha

“Ooooh ngono…” jawab Jono datar.

Peer-to-Peer Lending Sebagai Salah Satu Sarana Investasi.

Kita tinggalkan dulu Jono yang penuh tanda Tanya di kepalanya, dan Ramandha yang penuh semangat mengedukasi diforum sosialisasinya.

Pernahkah kita iseng menilik gawai dan membuka aplikasi stocks ?

Stocks atau saham adalah surat yang menjadi bukti individu memiliki bagian modal suatu perusahaan, dengan surat tersebut maka individu terkait memiliki klaim atas pendapatan dari asset perusahaan tersebut, sejatinya ini adalah simbiosis mutualisme, perusahaan mendapat modal investasi dan investor mendapat keuntungan signifikan.

Namun pada masa pandemi seperti ini banyak harga saham yang nir-progress, tidak kunjung berkembang, terjerembab, nilainya jatuh. Rekan virtual penulis bahkan sempat ngomel di media social karena saham yang dia investasikan di salah satu perusahaan telekomunikasi tidak kunjung membaik nilainya.

Peer-to-peer lending adalah sebuah sarana lain untuk berinvestasi online, metode ini muncul pertama di Inggris pada tahun 2005, yang menghubungkan pendana atau lender dengan peminjam secara online.

Di Indonesia sendiri sudah cukup banyak start-up yang bergerak dibidang ini, salah satunya Amartha yang dirintis sejak 2010, disini Lenders bisa menilik calon peminjam yang di Amartha disebut mitra di sebuah wadah marketplace, memperhitungkan mitigasi resiko dan memilih mitra mana yang ingin didanai.

Meski bukan tanpa resiko, namun peer-to-peer lending mungkin bisa menjadi ladang baru sembari menunggu investasi perusahaan perseroan terbatas membaik.

Background Amartha yang berfokus pada pendanaan usaha mikro kecil menengah dapat menjadi nilai plus untuk perusahaan ini, selain membangun ekonomi dari bawah, pemberdayaan UMKM juga secara stimulan akan berdampak pada ekonomi nasional.

Resiko ? tentu ada, minum saja bisa beresiko tersedak, kan ? namun dengan analisa yang tepat, hasil dari investasi P2P ini barangkali bisa menjadi sebuah alternatif lain dalam ber investasi pasca pandemi COVID-19.

.

Jono mengernyitkan dahi, berkompromi dengan istrinya yang ikut dalam sosialisasi, sedetik kemudian ia bangkit dan menuju Ramandha,

“mas, lebokno aku karo bojoku neng nggonmu, tak bukti’no aku layak dititipi inpestor, aku arep gawe usaha pakan manuk ! sesuk sambi diajari ngolah duit yo…” – ucap Jono

(“mas, masukin aku sama istriku ditempatmu, aku buktikan aku layak didanai investor, aku mau buka usaha pakan burung ! besok aku dibimbing juga mengolah keuangan ya…)

“literasi keuangan pak ? baik, ayo maju bareng-bareng !”

Sah- lah Jono dan istri selangkah maju menjadi seorang Pejuang Kesejahteraan Desa.

Kamis, 22 Oktober 2015

Rindunya Masih Sama, Hanya Tak Tahu Bentuknya.

Tak sengaja pagi ini saya scroll down timeline facebook dan menemui fanpage yang bercerita tentang kerelaan chants mereka dinyanyikan salah satu tim besar di Bumi Pertiwi. Seperti sebuah oase dipanasnya persaingan ke-AKU-an hak cipta chants sepakbola suporter Indonesia.

Final Piala Presiden lalu yang mana Persib Bandung bertemu Sriwijaya FC di stadion kebanggan negara, Gelora Bung Karno. Sayup namun merasuk, sebuah chants yang identik dengan sebuah tim pingiran DIY membangkitkan memoar saya, membangkitkan rindu yang entah untuk apa, rindu yang tak tahu saya tujukan kepada siapa, karena “sementara” tim itu hanya tinggal nama.

Seorang filsuf abal-abal dan teman masa sekolah saya pernah berkata, “cinta itu bisa kita tentukan pada siapa saja, namun rindu itu terkadang jahat, ia bisa seenaknya mengarahkan manusia kepada siapa tanpa permisi sebelumnya”.

Dengan kalimat tersebut seharusnya pupus juga permasalahan tentang ; kamu orang mana kok suka sama tim ini-itu ? Karena diakui atau tidaknya, tak sedikit orang Jakarta yang menyebrangkan jangkar cintanya ke Bandung, Solo ke Sleman, pun Sleman ke Bantul.

Hanya saja semakin habisnya masa waktu tahun 2015, kompetisi sehat yang diniatkan segera bergulir tak kunjung ditiupkan nyawa oleh Sang Khalik, imbasnya adalah turnamen-turnamen sementara yang kemungkinan pesertanya hanya tim itu-itu saja, sementara jumlah tim yang ada di Indonesia ini tak hanya sekelumit itu saja. Sumber daya sepakbola Indonesia tak hanya mereka saja, kebanggaan mereka bukan hanya yang berlaga dilayar kaca.

Akan ada banyak rindu yang tak tahu menahu akan ditumpahkan dimana.

Beberapa dari kalian barangkali beruntung memiliki cinta di tim bernama besar, ber-koneksi luas, dan investor mapan yang tanpa lobi pun timnya bisa nampang dipapan skor televisi.

Namun tim kecil yang megap-megap dan tak-tahu-menahu-manajemennya-siapa seperti PSS Sleman bisa apa ?
Kami memang memiliki 2 basis suporter besar, loyal pada klub, namun tak jarang memang kami dibohongi mentah-mentah manajemen.

Ah, tapi barangkali itu belum cukup menarik perhatian kalian... terlebih kasus kami tak kunjung kalian bongkar duduk perkaranya.
Apalah kami, tim kecil yang fansnya hanya memiliki banyak keluh tentang rindu.

Sekedar info, turnamen berikutnya yang direncanakan bergulir adalah Habibie Cup, dan janganlah berharap tim medioker akan diundang masuk, jangan harap pula pemain yang dulu dipuja ketika mengenakan jersey tim yang segelintir dari kalian cintai akan kembali berjibaku, setidaknya dalam jangka waktu dekat ini.

Kebanyakan dari mereka sedang menyambung hidup dengan berjualan nasi, dan tak sedikit pula yang lanjut bertani.
Karena sepakbola dalam negeri masih dalam tahap ngeri.
Hanya untuk mereka, tim yang punya materi.

Sementara rutuki saja rindu kalian dengan ingatan manis berpeluh bersama, disatu tempat sakral bernama Stadion.
Bernyanyi lantang penuh semangat hingga serak diujung senja...


“kuyakin kau bisa, kuyakin kau bisa menang

kami selalu ada disini, disini kami ada untukmu....”

Kamis, 18 Juni 2015

#MainBareng Pandji P.


13 Juni 2015

sebenernya ngga ada yang spesial dihari itu kalo ngga ada DM Twitter yang masuk jam 17.35 sehari sebelumnya.

Ya, sehari sebelumnya @pandji yang itu lho sering ditipi, ngelawak sambil berdiri, dan di timeline kadang posting hal-hal absurd bikin sayembara siapa yang mau ikut #MainBareng disalah satu lapangan yang "faighk" kata si Awwe.

Iseng-iseng berhadiahlah karena sebelumnya aku pikir udah ketutup chance buat ikutan main bola bareng, tapi ternyata Tuhan punya pikiran lain.

-------


Sambil menyelam minum es sirup rasa leci bareng Wayne Rooney, sambil cari keringat bareng idola kenapa gg sekalian aku bawa buku Nasional.is.me karyanya, siapa tau nanti ada waktu buat minta tanda tangan sama foto bareng.
Iya, aku katro...

Siapa sangka main bola bareng Pandji isinya cuma seneng ? biarpun kalah toh aku ketawa-ketiwi sepanjang 90menit

Beberapa kali duel, dan siapa sangka dengan badan yang sudah seukuran Gascoigne, Pandji bisa bikin gol, pake bola chip lagi...absurd abis, Tuhan tidak adil.

Yah, setidaknya nanti kalo udah punya anak aku bisa ngasih pamer, "nak, Bapak pernah foto bareng Pandjistelrooy lho"

Anyway, selamat ulang tahun bang Pandji Pragiwaksono, stay young, stay gold. Godspeed !
Main ke Jogja lagi, main bareng lagi bang... :)


*tulisan ini sebenernya udah lama ada dipikiran, tapi berhubung ada mainan #BalasDi18 dan ada gift aduhainya, siapa yang ga mau coba ?
siapa tau Tuhan punya kehendak lain hahaha
 
Blogger Templates