Social Icons

Pages

Rabu, 01 Agustus 2012

SISUS - SUSANTO.


Siapa tak kenal Bapak muda ini ? pemuda Ledoksari lebih sering memanggilnya dengan nama panggilan “SISUS”.

Lelaki berperawakan seksi nan aduhai ini adalah salah satu pencetus gerakan Remaja Islam Al-Muhajjirin, pemuda pemudi yang lahir kisaran tahun 89-90’an pasti tak akan lupa bagaimana metodenya menggembleng pemuda masjid agar lebih dekat dengan agama.
Saat itu seingat saya ada 2 kelompok belajar membaca jilid hingga mampu melantunkan ayat suci dengan baik dan benar, saya sendiri berada dibawah didikan saudara Sisus sedang beberapa teman saya yang lebih junior dan mudah diatur didampuk pada anak didik beliau alumni pertama, Latief.

Secara harfiah, anak didikan beliau diangkatan saya rata-rata adalah anak yang cukup bandel dan sangat sulit diatur, termasuk saya sendiri tentunya. Namun metode didikannya yang keras dan berkontinyu mampu sedikit demi sedikit menaklukan kami.
Seingat saya, kala itu dikelompok kami ada 7 orang, saya lupa detailnya siapa saja anak anak yang beruntung memiliki guru ngaji sehebat beliau.

Sore, sekitar jam setengah 4 kami sudah harus rapi dan menata jilid dan meja guna kami mengaji, beliau adalah sosok luwes dan humoris meski kadang sangat keras. Tak hanya pelajaran mengaji yang kami dapat, namun shalat 5 waktu pun tak luput dari target beliau, generasi setelahnya harus lebih memperkokoh tiang agama.

Yang unik dari beliau adalah hukuman yang mendidik, tes kejujuran dan sehat. Barang siapa yang tak menegakkan sholat 5 waktu maka ia harus berkeliling lapangan depan masjid. Perhitungannya dalah 1 waktu sholat yang dilewatkan berharga 5x putaran lapangan, jika kami tak sekalipun menegakkan sholat maka 5x5 = 25 kali putaran lapangan, dan itu cukup untuk membuat anak sekecil kami kelelahan dan lebih memilih menegakkan sholat.

Secara berkelanjutan kami terbiasa menegakkan sholat, bukan hanya untuk menghindari hukuman, namun lebih karena kebiasaan. Soal kejujuran, beliau hanya memberi wejangan “siapa yang berbohong, maka pertanggung jawaban akan dilaksanakan setelah mati”, hebat benar ! anak kecil yang baru kemarin sore bisa menggapai telinga langsung dihadapkan pada gambaran tentang tanggung jawab di akhirat.
Selang satu Ramadhan kami diwisuda karena telah dianggap lulus dan mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar, tepat dihari kelima-belas Ramadhan. Kini, sudah lebih satu dasawarsa sejak kami lulus, namun justru generasi Remaja Islam Al-Muhajjirin semakin sepi.

Pertanyaannya, bisa kah kita menghidupkan kembali masjid yang dulu menjadi tempat berkumpul, berdiskusi tentang kondisi Islam diluar sana, hingga menjadi titik berkumpul segala kegiatan yang baik ?
Semoga adik-adik angkatan saya mampu, Insya’Allah...
*ngaciiiir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates