Social Icons

Pages

Minggu, 20 Februari 2011

Point Blank Versi Tradisional

Ini adalah sedikit cuplikan tentang kesakralan “feses” !
*disguisting*

Based on a true story
Kisah ini terjadi sekitar 5-6 tahun yang lalu, yang jelas tiap kali saya teringat kejadian ini hidung saya selalu mendeteksi bau aneh yang disebabkan sugesti saya sendiri.
Sebut saja Sulis Vego, Edi Mawut, dan Pendi Sambiyo
3 bersodara yang bertempat tinggal dipinggiran kali opak tersebut adalah preman semasa SD, dan memutuskan menjadi manusia nocturnal , lebih banyak beraktifitas dimalam hari saat sudah terlepas dari jenjang pendidikan

Alkisah, disuatu sore nih yaaa
Waktu saya dan beberapa teman yang lain sedang asik asiknya mancing, dan ber-ubyang-ubyung ria dibantaran kali, tepat ditengah sungai yang sedikit beriak ini tiga serangkai tersebut tengah bermarathon ria “njengking”
Mengertikan apa arti njengking ditengah kali yang saya maksud ?
Ahh anda anda memang cerdas !

Entah mulai dari mana, yang jelas ada provokasi ditengah upacara sakral yang tengah mereka jalani ini
Tiba-tiba saja terdengar teriakan “waw waw” “asui”, “matamu”, “awas koe cok” (mungkin karena saat itu belum ada game point blank, makanya peperangan mereka hanya dihiasi kata emosional ala kadarnya)

Yang saya lihat adalah sulis, yang sangat emosional mengeluarkan amunisi dari anusnya dan menghujamkan seketika kesasaran berinisial  -Edi Mawut-
Kontan saja perang sodara langsung tak tertahankan, sambil berpisuh-pisuh ria Sulis dan Edi Mawut saling “ndodok” pertanda sedang mereload amunisi mereka dan berlari-larian sembari saling menembakan peluru yang mereka “GENGGAM” tanpa embel-embel sarung tangan steril , yaa mereka mengenggam peluru hasil oksidasi makanan diperut mereka sendiri !
SANGAT TRADISIONAL !!
PRIMITIF !!
OYEEEAAAAAH !!

Dan mungkin sebagian bertanya, untuk apa Pendi Sambiyo ada dicerita ini ?
Well, dia adalah tokoh netral dalam cerita ini yang menjadi korban sebenarnya perang sodara yang tragis ini
Setelah perang “feses” ini berlangsung sekitar 8menit beberapa detik, akhirnya Sulis dan Edi Mawut sepakat berdamai karena amunisi dan tenaga mereka sudah habis untuk -berlari, jongkok, ngeden, berdiri, melempar, jongkok, dan berlari lagi-
Demi mengejar sensasi kemenangan, Sulis dan Edi Mawut kemudian melancarkan agresi feses mereka ke Pendi Sambiyo yang dari tadi hanya tertawa terbahak-bahak ditengah panasnya (atau lebih tepatnya “hangatnya”) peperangan saudara ini, kontan saja Pendi yang memang saudara paling bontot diantara mereka dihujam sisa sisa amunisi perang feses tanpa ampun, tanpa perlawanan, dan tanpa pertahanan !!

Tawa riang yang agak berbau busuk, dan diiringi tangisan tragis Pendi Sambiyo yang agak mengiris hati itu akhirnya menjadi menu akhir sore kami, anak anak bantaran kali
Eniwe, sekadar tanbahan saja kalo kali kami kini sudah gg seelok dulu, terlalu banyak campur tangan pemerintah yang sia-sia
Bersyukurlah anda-anda yang masih punya kali yang masih layak untuk bermain, mandi, lomba tangkap bebek saat 17an dan “ndodok marathon” dikala kebelet
*cheers*


Silahkan berfantasi ria tentang Perang Feses yang diilhami dari kisah nyata 3 rakyat low-end negeri ini yang belum bermain game counter strike, ataupun point blank, mereka mungkin yang mengilhami orang orang pintar yang menciptakan game tembak tembakan online tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates