setelah sekian lama
vakum dari dunia tulis menulis tentang perjalanan ke lajur sepi, akhirnya aku
mengulangi lagi hal-hal absurd dalam satu potong bab hidupku.
Jika ingat dahulu,
bagaimana aku bekerja untuk sebuah instansi pemerintah dibidang katebelece pasar
daerah selama 15 jam perhari, aku menemukan kembali sisi mudaku (kanak-kanakku), berkenalan dengan orang-orang baru, menemukan kembali perasaan
ingin tahuku tentang beberapa tempat yang sebelumnya tak pernah terpikir olehku
akan singgah disana.
Dulu, ketika aku
berencana mendaki beberapa gunung dikawasan pulau Jawa, aku nyaris harus
bekerja lebih lama, tak jarang aku harus mengganti hari kerja yang aku
tinggalkan selama aku berpergian, jika pergi 2 hari 2 malam, artinya jam yang
harus aku ganti adalah 15x3 = 45 jam kerja. Yap 45 jam dalam 3 hari. Tak usah
kau tanya kerja apa aku dulu, yang pasti pedih.
Usai aku mendapat
pekerjaan baru yang lebih manusiawi. Aku bertemu dengan orang-orang supel ini,
supel ya...bukan super, mereka jauh dari kata super, wong mereka aja cenderung
golongan manusia yang kepalanya pernah terbentur gulungan setom.
Sempat beberapa
waktu aku berselisih paham dengan orang-orang ini karena...ya biasalah, wanita
*uhuuukk...
Singkat cerita.
Lepas beberapa waktu
lalu berencana ke Sikunir, Wonosobo lalu gagal. Kami secara spontan berpikiran
untuk bermalam disalah satu pantai yang sudah cukup dikenal orang. Siung.
31 Januari adalah
tanggal yang disepakati kami, waktu masih sebatas wacana, personil yang setuju
untuk ikut mencapai 15an orang, tapi di hari H...6 orang ! tipikal Indonesia.
Sore ditanggal 31
Januari hujan lebat dan biji hujan sebesar kepala semut dewasa turun merata
dikawasan Jogjakarta, membuat beberapa orang dari kami akhirnya berserah pada
kasur dan guling dirumahnya masing-masing, tinggal Aku, Zudha, Angga, Yudhi,
Feri, dan bocah tua nakal sebut saja Antok...
Perlengkapan kami
sudah sangat lengkap. Tenda, kompor, matras, hingga celana dalam ganti sudah
dipersiapkan.
Tuhan Maha Adil,
kami berangkat dari Jogjakarta menuju Wonosari dengan sedikit gerimis diawal
perjalanan, tak sampai 2 jam kami sudah sampai di Siung dan disambut bulan yang
merekah sempurna, iya sempurna...
sesempurna kamu dik...
Sama sekali tak ada
tanda tanda hujan, bintang memantulkan sisa dari cahaya matahari, dan api
unggun sederhana malam itu membuat kami sejenk lupa dengan kabut tebal
dipenghujung perjalanan kami menuju Siung.
Kami tertawa lepas,
meski sempat berfikiran akan lebih menyenangkan bila teman-teman kami yang lain
juga ikut bermalam disana, kami bermain kartu, menertawakan hal yang sebenarnya
tabu, dan bercerita aib si anu dan si itu dengan khidmat hingga fajar nyaris
menjelang.
Siung khatam kami nikmati, kemudian
kami melanjutkan perjalanan menuju pantai Nglambor.
Pantai Nglambor.
Adalah tipikal
pantai bertebing curam namun nyaris tak berarus pada pantainya sehingga kami
bisa melihat suasana bawah air yang menakjubkan, snorkeling dan sesekali
bergaya seperti ABG yang baru sehari dua hari memegang tongsis, foto sana foto
sini dan berpose layaknya pemeran Bay Watch versi bangkring.
Dipantai ini
beberapa teman kami yang memang sudah termakan usia sudah nampak tanda tanda
rindu pada nasi, mukanya pahit, seperti halnya jus pace. Sebut saja dua orang
itu Yudhi dan Antok.
Air dipantai
Nglambor belum terlalu banyak dicemari sampah, karena belum lama juga
kondangnya, waktu aku kesana bahkan aku bisa melihat 2 ikan kecil yang baru
“ikeh-ikeh” diantara batu karang, syahdu sekali – yang ini bercanda .red
Pantai Jogan.
Sebenarnya bukan
termasuk dalam kelompok pantai, karena pantai setahuku adalah hamparan pasir
yang membentang dan dicumbu air laut tsaaah~, tapi Jogan berbeda, ia hanya tebing batas
yang memiliki air terjun hasil buangan dari sungai diatasnya.
Beberapa orang
menyebutnya air terjun pengantin, tapi sayang Dewi Persik ngga ada disana waktu
itu.
Katanya sih, orang
yang mandi disana kalo jomblo bakalan cepet dapet pacar, makanya Angga dan Feri
semangat banget waktu mandi disana.
Namun hingga saat ini sepertinya keduanya masih
betah berpacar kesendirian. Jadi bisa dipastikan itu hanya mitos, Konspirasi Yahudi...
"TAMAT"