Tak sengaja pagi ini saya scroll down timeline
facebook dan menemui fanpage yang bercerita tentang kerelaan chants mereka
dinyanyikan salah satu tim besar di Bumi Pertiwi. Seperti sebuah oase
dipanasnya persaingan ke-AKU-an hak cipta chants sepakbola suporter Indonesia.
Final Piala Presiden lalu yang mana Persib
Bandung bertemu Sriwijaya FC di stadion kebanggan negara, Gelora Bung Karno.
Sayup namun merasuk, sebuah chants yang identik dengan sebuah tim pingiran DIY
membangkitkan memoar saya, membangkitkan rindu yang entah untuk apa, rindu yang
tak tahu saya tujukan kepada siapa, karena “sementara” tim itu hanya tinggal
nama.
Seorang filsuf abal-abal dan teman masa sekolah
saya pernah berkata, “cinta itu bisa kita tentukan pada siapa saja, namun rindu
itu terkadang jahat, ia bisa seenaknya mengarahkan manusia kepada siapa tanpa
permisi sebelumnya”.
Dengan kalimat tersebut seharusnya pupus juga
permasalahan tentang ; kamu orang mana kok suka sama tim ini-itu ? Karena
diakui atau tidaknya, tak sedikit orang Jakarta yang menyebrangkan jangkar
cintanya ke Bandung, Solo ke Sleman, pun Sleman ke Bantul.
Hanya saja semakin habisnya masa waktu tahun
2015, kompetisi sehat yang diniatkan segera bergulir tak kunjung ditiupkan
nyawa oleh Sang Khalik, imbasnya adalah turnamen-turnamen sementara yang
kemungkinan pesertanya hanya tim itu-itu saja, sementara jumlah tim yang ada di
Indonesia ini tak hanya sekelumit itu saja. Sumber daya sepakbola Indonesia tak
hanya mereka saja, kebanggaan mereka bukan hanya yang berlaga dilayar kaca.
Akan ada banyak rindu yang tak tahu menahu akan
ditumpahkan dimana.
Beberapa dari kalian barangkali beruntung
memiliki cinta di tim bernama besar, ber-koneksi luas, dan investor mapan yang
tanpa lobi pun timnya bisa nampang dipapan skor televisi.
Namun tim kecil yang megap-megap dan
tak-tahu-menahu-manajemennya-siapa seperti PSS Sleman bisa apa ?
Kami memang memiliki 2 basis suporter besar,
loyal pada klub, namun tak jarang memang kami dibohongi mentah-mentah
manajemen.
Ah, tapi barangkali itu belum cukup menarik
perhatian kalian... terlebih kasus kami tak kunjung kalian bongkar duduk
perkaranya.
Apalah kami, tim kecil yang fansnya hanya
memiliki banyak keluh tentang rindu.
Sekedar info, turnamen berikutnya yang
direncanakan bergulir adalah Habibie Cup, dan janganlah berharap tim medioker
akan diundang masuk, jangan harap pula pemain yang dulu dipuja ketika
mengenakan jersey tim yang segelintir dari kalian cintai akan kembali
berjibaku, setidaknya dalam jangka waktu dekat ini.
Kebanyakan dari mereka sedang menyambung hidup
dengan berjualan nasi, dan tak sedikit pula yang lanjut bertani.
Karena sepakbola dalam negeri masih dalam tahap
ngeri.
Hanya untuk mereka, tim yang punya materi.
Sementara rutuki saja rindu kalian dengan
ingatan manis berpeluh bersama, disatu tempat sakral bernama Stadion.
Bernyanyi lantang penuh semangat hingga serak
diujung senja...
“kuyakin kau bisa, kuyakin kau bisa menang
kami selalu ada disini, disini kami ada
untukmu....”