Social Icons

Pages

Senin, 16 Februari 2015

Susur Pantai...

setelah sekian lama vakum dari dunia tulis menulis tentang perjalanan ke lajur sepi, akhirnya aku mengulangi lagi hal-hal absurd dalam satu potong bab hidupku.

Jika ingat dahulu, bagaimana aku bekerja untuk sebuah instansi pemerintah dibidang katebelece pasar daerah selama 15 jam perhari, aku menemukan kembali sisi mudaku (kanak-kanakku), berkenalan dengan orang-orang baru, menemukan kembali perasaan ingin tahuku tentang beberapa tempat yang sebelumnya tak pernah terpikir olehku akan singgah disana.

Dulu, ketika aku berencana mendaki beberapa gunung dikawasan pulau Jawa, aku nyaris harus bekerja lebih lama, tak jarang aku harus mengganti hari kerja yang aku tinggalkan selama aku berpergian, jika pergi 2 hari 2 malam, artinya jam yang harus aku ganti adalah 15x3 = 45 jam kerja. Yap 45 jam dalam 3 hari. Tak usah kau tanya kerja apa aku dulu, yang pasti pedih.

Usai aku mendapat pekerjaan baru yang lebih manusiawi. Aku bertemu dengan orang-orang supel ini, supel ya...bukan super, mereka jauh dari kata super, wong mereka aja cenderung golongan manusia yang kepalanya pernah terbentur gulungan setom.

Sempat beberapa waktu aku berselisih paham dengan orang-orang ini karena...ya biasalah, wanita *uhuuukk...

Singkat cerita.

Lepas beberapa waktu lalu berencana ke Sikunir, Wonosobo lalu gagal. Kami secara spontan berpikiran untuk bermalam disalah satu pantai yang sudah cukup dikenal orang. Siung.

31 Januari adalah tanggal yang disepakati kami, waktu masih sebatas wacana, personil yang setuju untuk ikut mencapai 15an orang, tapi di hari H...6 orang ! tipikal Indonesia.

Sore ditanggal 31 Januari hujan lebat dan biji hujan sebesar kepala semut dewasa turun merata dikawasan Jogjakarta, membuat beberapa orang dari kami akhirnya berserah pada kasur dan guling dirumahnya masing-masing, tinggal Aku, Zudha, Angga, Yudhi, Feri, dan bocah tua nakal sebut saja Antok...

Perlengkapan kami sudah sangat lengkap. Tenda, kompor, matras, hingga celana dalam ganti sudah dipersiapkan.

Tuhan Maha Adil, kami berangkat dari Jogjakarta menuju Wonosari dengan sedikit gerimis diawal perjalanan, tak sampai 2 jam kami sudah sampai di Siung dan disambut bulan yang merekah sempurna, iya sempurna...
sesempurna kamu dik...

Sama sekali tak ada tanda tanda hujan, bintang memantulkan sisa dari cahaya matahari, dan api unggun sederhana malam itu membuat kami sejenk lupa dengan kabut tebal dipenghujung perjalanan kami menuju Siung.

Kami tertawa lepas, meski sempat berfikiran akan lebih menyenangkan bila teman-teman kami yang lain juga ikut bermalam disana, kami bermain kartu, menertawakan hal yang sebenarnya tabu, dan bercerita aib si anu dan si itu dengan khidmat hingga fajar nyaris menjelang.





 Lepas membereskan sisa kekacauan kami semalam, kami mulai merealisasikan apa yang kami rencanakan dikantor, menyusuri setidaknya 3 pantai.
Siung khatam kami nikmati, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju pantai Nglambor.

Pantai Nglambor.

Adalah tipikal pantai bertebing curam namun nyaris tak berarus pada pantainya sehingga kami bisa melihat suasana bawah air yang menakjubkan, snorkeling dan sesekali bergaya seperti ABG yang baru sehari dua hari memegang tongsis, foto sana foto sini dan berpose layaknya pemeran Bay Watch versi bangkring.

Dipantai ini beberapa teman kami yang memang sudah termakan usia sudah nampak tanda tanda rindu pada nasi, mukanya pahit, seperti halnya jus pace. Sebut saja dua orang itu Yudhi dan Antok.

Air dipantai Nglambor belum terlalu banyak dicemari sampah, karena belum lama juga kondangnya, waktu aku kesana bahkan aku bisa melihat 2 ikan kecil yang baru “ikeh-ikeh” diantara batu karang, syahdu sekali – yang ini bercanda .red










Pantai Jogan.

Sebenarnya bukan termasuk dalam kelompok pantai, karena pantai setahuku adalah hamparan pasir yang membentang dan dicumbu air laut tsaaah~, tapi Jogan berbeda, ia hanya tebing batas yang memiliki air terjun hasil buangan dari sungai diatasnya.
Beberapa orang menyebutnya air terjun pengantin, tapi sayang Dewi Persik ngga ada disana waktu itu.


Katanya sih, orang yang mandi disana kalo jomblo bakalan cepet dapet pacar, makanya Angga dan Feri semangat banget waktu mandi disana.
Namun hingga saat ini sepertinya keduanya masih betah berpacar kesendirian. Jadi bisa dipastikan itu hanya mitos, Konspirasi Yahudi...










"TAMAT"
 
Blogger Templates