Social Icons

Pages

Minggu, 06 Maret 2011

Sebuah cerita dari lapangan berdebu


Aku dilahirkan bukan dari keluarga olahragawan, ayah saat itu berprofesi sebagai koordinator terminal prambanan dan ibu mengisi waktunya dengan berdagang gerabah juga dipasar prambanan
Ini adalah cerita lawas, sebuah cerita yang berisi sebuah sejarah besar untuk orang yang kecil

Ketika aku masih muda (sekarang juga masih muda, aku kan muda selamanya)
Sekitar tahun 1998, saat usia ku 8 tahun
Kampungku berada tak jauh dari pusat keramaian pasar, dulu disebelah pasar ada sebuah bangunan bioskop yang kini beralih fungsi sebagai ruko, tepat dibelakang ruko ada sepetak lapangan berkerikil, gundul, telanjang dan berdebu disana kami dulu biasa mengadu skill mengolah bola plastik

Area tersebut sebenarnya tak pantas disebut lapangan, karena merangkap menjadi lahan parkir dan mengubur darah hewan qurban saat idul adha
Berisikan 5-6 orang dalam satu tim, kami bergumul dengan debu, hujan, dan omelan warga sepuratan masjid sepanjang tahun

Waktu itu, bermain sebagai junior, yang dapat aku lakukan hanya pura pura sibuk dengan berlari kesana kemari, padahal jelas jelas aku sebenarnya takut dihantam bola
Tapi sore itu lain cerita, aku sedang pede pedenya setelah membeli majalah using yang bergambar Eric Cantona dan David Beckham

Aku tak ingat jelas, yang pasti aku bermain cukup baik dipertandingan udik itu
Aku bertugas menyisir sebelah kiri lapangan, sore itu cukup teduh..karena hamper maghrib yang artinya injury time. Pertandingan masih seri, ya seri dan aku masih ingat betul hukuman untuk yang kalah adalah menggotong gawang yang terbuat dari bambu

Aku dioperi bola oleh mas Anto, kakak dari Sicho Wibowo
Bola menyusur tanah saat aku mengejarnya, dengan nafas terengah engah dan tersengal-sengal aku berhasil menempatkan bola pada jarak yang tepat untuk menembak, sekonyong konyong aku menyepak bola plastik warna putih itu dengan diiringi teriakan dari mas anto dan mas budi. SHOOOTING ! kata mereka

Karena takut diomeli dan dicap homo superdunguensis oleh rekan setim, aku sikat aja bolanya
PLAK ! punggung kakiku berciuman dengan bola dibarengi dengan jempol kakiku yang juga ikut memperkosa tanah lapangan GRAUSS~~ !  perih rasanya
Sedetik kemudian teman teman bersorak, GUOOLLL !! bangga rasanya menjadi pencetak gol penentu yang membebaskan rekan setim dari hukuman tragis “mengangkat gawang”, dan itu..ITU ADALAH GOL PERDANAKU DISEMUA AJANG !
HAHAHAHA :D

Adzan magrhib dikumandangkan mas Ari Monyong, yang artinya pertandingan pun usai, peluh keringat dan darah terbayar sudah, soal jempol kakiku ? tak masalah, aku sudah sering mencederai jempolku

Dan mungkin jika jempolku punya nyawa dia akan bilang, IDIOT ! JANGAN LIBATKAN AKU SAAT MENGGARUK TAHAN LAGI ! saking frustasinya mungkin ia memilih diamputasi daripada wajahnya semakin hancur karena garukan bodoh empunya

Adzan maghrib berkumandang saat aku selesai menulis, saatnya menunaikan kewajiban
Adios amigos :D
 
Blogger Templates